Baris Sajak

Ragaku hendak terbang Bersenandung di atas megah yang memerah Tertawa di atas selaksa cakrawala Lalu menyuarakan hati yang kian berdebar Bukan karena dia, apalagi sebab dia Ini karena dia yang menyapaku sejak 21 hari lalu Sosok baru yang menyelimuti ruang pikirku Sosok baru yang menembus rasa kagumku Sosok baru yang memalingkan tatapanku Karenanya, jiwaku kembali ramai Sebabnya, pikirku tak lagi dalam sepi Setiap saat bayangnya terus menggangguku Membuatkan sejuta tanya yang seperti tanpa jawab Terimakasih, hadirmu membuatku dibuat candu Terimakasih, cerewetmu membuatku di buat rindu Terimakasih, tawamu membuatku ingin terus kembali Meski ini tak lama lagi Akan ada hari dimana aku tak lagi mengganggu Akan ada hari dimana aku tak lagi menyapamu Akan ada hari dimana aku tak lagi melihatmu Sedih, rasanya terlalu sakit Apalagi untuk sekedar membayangkan Bagaimana aku harus mulai ke awal Hari dimana aku tak mengenalimu Hari dimana aku tak tahu namamu Hari dimana ak...

Negeriku menangis, negeriku meringis Saat duka tak lagi berselimut tipis Saat resah sudah menjadi kian tragis Saat hukum  terporak porandakan miris Di negeriku yang katanya demokratis Ha-ha-ha Inilah wajah hukum negeriku, Yang digerogoti liberal kapitalis Yang dijajah oleh kaum borjuis Diserang oleh kaum egaliter beringas Inilah wajah hukum negeriku, Penuh penindasan, kaya akan perampasan Pada hak- hak kami yang tak punya kuasa Sakit.....Perih..... Kami, kami ingin berteriak, Menyuarakan luka yang tak lagi terobati Menyorakkan kekalutan yang kian meradang Namun, pada siapa ? Sementara telinga hukum tak lagi mendengar Tatkala mulut hukum tak lagi dapat berucap Dihadapan kekuasaan yang teramat kuat Kami, kami ingin keluar dari sudut penuh gelap Dari celah yang tak terlihat Tapi, bagaimana ? Sementara ketakutan melanda hebat Meyaksikan badut- badut berdasi tertawa lepas Di negeriku yang tak kunjung harmonis