Sekarat; Ibu Pertiwiku
Ibu Pertiwiku sekarat Tapi dia tak mati, jantungnya masih berpacu Matanya tertutup; tak sadarkan diri Ibu pertiwiku sekarat, Lukanya menganga; darahnya menyucur Sakitnya tiada kira Tapi dia masih harus bertahan Ibu pertiwiku sekarat, Namun telinganya tak tuli Teriakan anak kandung terdengar begitu jelas Memohon pertolongan pada sang ibu pertiwi Tapi dia tak lagi bisa bergerak Tubuhnya kaku terbaring lemah Ibu pertiwiku sekarat, Tapi dia tetap bernegosiasi pada Sang Pencabut nyawa Memohon agar tak dijemput Untuk Sekedar bangkit mengelus kepala anak kandungnya Membisikkan kata romantis penurun ego Agar Anak kandungnya berhenti saling melukai (Pangkep, 27 September 2019: Jumat, 12.08 Wita)